Irritable Bowel Syndrome (IBS) adalah gangguan pada sistem pencernaan yang memengaruhi kerja usus besar. Kondisi ini memengaruhi cara usus bergerak dan merespons makanan serta stres. Statistik menunjukkan bahwa wanita dua kali lebih berisiko terkena IBS dibandingkan pria, dengan mayoritas kasus terjadi pada mereka yang berusia di bawah 45 tahun.
Gejala utama IBS
Penderita umumnya mengalami gejala berikut:
- Nyeri atau ketidaknyamanan di perut
- Perut kembung
- Sembelit, diare, atau bergantian keduanya
- Dorongan mendesak untuk buang air besar
- Perasaan bahwa buang air besar tidak tuntas
Gejala Irritable Bowel Syndrome biasanya datang dan pergi, dan bisa berlangsung selama beberapa hari, minggu, bahkan bulan. Tidak semua orang dengan gejala gastrointestinal berarti menderita IBS, tetapi penting untuk mencatat frekuensinya dan berkonsultasi dengan dokter.
Bagaimana IBS Mempengaruhi Tubuh?
Usus besar bekerja dengan cara menyerap air dan melakukan kontraksi otot untuk mendorong limbah keluar dari tubuh. Pada penderita Irritable Bowel Syndrome, kontraksi otot ini bisa menjadi tidak teratur:
- Kontraksi terlalu kuat ➝ menyebabkan diare.
- Kontraksi terlalu lemah atau lambat ➝ menyebabkan sembelit.
- Kontraksi tidak beraturan ➝ memicu nyeri atau dorongan mendesak untuk buang air besar.
Penyebab IBS
Hingga kini, penyebab pasti Irritable Bowel Syndrome belum diketahui. Namun, beberapa faktor yang diduga kuat berperan dalam memicu kondisi ini antara lain:
1. Respons saraf usus yang tidak normal
Orang dengan IBS memiliki sistem saraf usus yang sangat sensitif terhadap sinyal dari otak, yang mengganggu ritme kontraksi usus.
2. Pemicu makanan
Meskipun tidak ada makanan spesifik yang menjadi penyebab IBS, beberapa jenis makanan diketahui memperparah gejala:
- Produk susu seperti keju dan mentega
- Buah sitrus (jeruk, lemon, jeruk nipis, dan buah sitrus lainnya)
- Kacang-kacangan
- Kol
- Minuman berkarbonasi
3. Faktor psikologis
Stres, kecemasan, dan depresi sering dikaitkan dengan memburuknya gejala Irritable Bowel Syndrome.
4. Perubahan hormon
Wanita sering mengalami peningkatan gejala selama masa menstruasi karena perubahan hormonal.
5. Faktor genetik
Riwayat keluarga dengan IBS juga meningkatkan kemungkinan seseorang mengidap kondisi ini.
Cara meredakan dan mengelola gejala
1. Perubahan gaya hidup
Untuk membantu meredakan IBS, perubahan gaya hidup sangat disarankan:
- Konsumsi makanan tinggi serat
- Hindari makanan yang memperburuk gejala
- Makan dalam porsi kecil namun sering
- Minum air yang cukup
- Rutin berolahraga
- Kelola stres secara efektif
2. Pengobatan medis untuk IBS
Dalam beberapa kasus, dokter mungkin merekomendasikan obat-obatan seperti:
- Suplemen serat
- Obat anti-diare
- Obat antikolinergik dan antispasmodik
- Antidepresan
Berikut beberapa obat yang terbukti membantu mengelola gejala IBS:
- Alosetron (Lotronex)
- Lubiprostone (Amitiza)
- Eluxadoline (Viberzi)
- Rifaximin (Xifaxan)
- Linaclotide (Linzess)
Penutup
IBS sangat mengganggu kualitas hidup sehari-hari. Melalui langkah yang tepat, baik melalui pola makan sehat, pengelolaan stres, maupun dukungan medis, gejala IBS bisa dikendalikan dengan baik.
Jika mengalami keluhan seperti nyeri perut berulang, diare, sembelit, atau gangguan pencernaan lainnya yang datang dan pergi, jangan biarkan berlarut-larut. Gejala tersebut bisa jadi merupakan tanda dari IBS atau kondisi pencernaan lainnya yang perlu diperiksa lebih lanjut.
Segera konsultasikan kondisi Anda ke dokter spesialis gastroenterologi di rumah sakit terdekat. Diagnosis yang tepat dan pengobatan yang sesuai akan sangat membantu dalam mengelola IBS secara efektif. Langkah kecil hari ini bisa membawa perubahan besar untuk kesehatan Anda di masa depan.
Artikel ini ditulis oleh: Dr. dr. C. Rinaldi A. Lesmana, Sp.PD-KGEH, FACP, FACG, FINASIM
Butuh Bantuan atau Informasi Lebih Lanjut?
Rumah Sakit Medistra siap untuk melayani Anda. Untuk pertanyaan, informasi, dan bantuan darurat, Anda bisa menghubungi kami melalui:
Telepon: (021) 5210-200
Whatsapp: 0817-5210-200
Ambulans: (021) 521-02-01
Dokter Rekomendasi: