CFS

CFS (Chronic Fatigue Syndrome): Gejala, Penyebab, dan Cara Penanganannya

Chronic Fatigue Syndrome (CFS) atau Sindrom Kelelahan Kronis adalah kondisi medis yang ditandai oleh rasa lelah ekstrem yang tidak membaik meskipun sudah beristirahat. Gejala ini juga disertai dengan berbagai gangguan lain, terutama dalam fungsi kognitif, seperti sulit berkonsentrasi dan gangguan daya ingat.

CFS disebut “kronis” apabila gejalanya berlangsung selama lebih dari enam bulan. Hingga kini, penyebab pastinya masih belum diketahui secara pasti. CFS cenderung lebih sering terjadi pada wanita dan umumnya menyerang usia dewasa muda hingga paruh baya. 

Menurut data di Amerika Serikat, sekitar 3.000 dari 100.000 orang mengalami CFS setiap tahunnya, paling sering pada rentang usia 40 hingga 60 tahun. Sayangnya, CFS bukanlah kondisi yang bisa sembuh secara total. Banyak penderita masih mengalami gejala sisa atau kambuhan dari waktu ke waktu.

Kriteria terkena cfs 

Diagnosis dapat ditegakkan jika seseorang mengalami kelelahan selama 6 bulan atau lebih dan penyebab medis lainnya telah disingkirkan. Selain itu, harus ada setidaknya empat atau lebih gejala berikut yang menyertai:

  • Rasa letih dan tidak segar meskipun setelah tidur.
  • Kelelahan yang tak kunjung hilang bahkan 24 jam setelah olahraga ringan.
  • Sulit berkonsentrasi dan sering lupa memori jangka pendek.
  • Sakit tenggorokan dan pembengkakan kelenjar getah bening.
  • Nyeri otot dan nyeri sendi tanpa bengkak.
  • Sakit kepala berkepanjangan yang berbeda dari biasanya.

 

Baca Juga: Tangan kamu suka sakit? Jangan-jangan kamu kena CTS!

 

Penanganan CFS Secara Mandiri

  1. Aktivitas Harian dengan Penyesuaian

Penderita CFS tetap disarankan untuk beraktivitas seperti biasa namun dengan batasan. Istirahat diperlukan bila gejala semakin berat, namun istirahat total justru harus dihindari karena bisa memperparah kondisi.

  1. Pola Hidup Sehat dan Terpantau

Beberapa cara mandiri untuk membantu mengelola CFS:

  • Olahraga ringan dengan pengawasan dokter.
  • Menghindari stres berlebih.
  • Menghindari alkohol, kafein, dan rokok.
  • Mencoba herbal seperti bawang putih, ginseng, atau echinacea.
  • Terapi alternatif seperti pijat, akupunktur, chiropractic, hingga self-hypnosis, jika terasa bermanfaat.

Penanganan CFS oleh Dokter

  1. Tujuan Terapi Medis untuk Penderita CFS

Karena penderita CFS sering kali sensitif terhadap obat-obatan, dokter akan memberikan terapi secara hati-hati. Tujuan utama terapi adalah meringankan gejala dan meningkatkan kualitas hidup.

  1. Obat-Obatan yang Umum Digunakan
  • Pereda nyeri ringan seperti paracetamol, ibuprofen, atau tramadol.
  • Jika diperlukan, bisa ditingkatkan ke golongan celecoxib.
  • Antidepresan, obat anti cemas, dan stimulan sesuai gejala psikologis.
  • Antibiotik jika ada dugaan infeksi yang mendasari.
  • Obat anti alergi untuk kasus yang juga mengalami reaksi alergi.
  1. Fisioterapi dan Relaksasi

Beberapa kasus CFS memerlukan terapi tambahan seperti fisioterapi, pijat, dan latihan relaksasi untuk membantu meredakan ketegangan otot dan meningkatkan energi.

Penutup

CFS adalah kondisi yang nyata dan berdampak besar pada kehidupan sehari-hari penderitanya. Meski belum ada obat yang benar-benar menyembuhkan, penanganan yang tepat dapat membantu mengelola gejala dengan lebih baik. Jika mengalami gejala serupa, segera konsultasikan ke tenaga medis profesional di Rumah Sakit Medistra.

 

Artikel ini ditulis oleh: dr. Cahyo Kusumo Wijoyo

 


 

Butuh Bantuan atau Informasi Lebih Lanjut?

Rumah Sakit Medistra siap untuk melayani Anda. Untuk pertanyaan, informasi, dan bantuan darurat, Anda bisa menghubungi kami melalui:

Telepon: (021) 5210-200

Whatsapp: 0817-5210-200

Ambulans: (021) 521-02-01

 

 

Processing your request, please be patient.