Demensia adalah kondisi yang menyebabkan penurunan fungsi kognitif secara bertahap. Gejala yang muncul tidak hanya berupa lupa, tapi bisa berkembang menjadi gangguan berpikir, berbicara, bahkan mengubah kepribadian penderitanya. Perubahan ini bisa berdampak besar pada kehidupan seseorang dan keluarganya.
Menurut data dari Sullivan et al (2024), jumlah orang yang hidup dengan demensia diperkirakan terus meningkat dari tahun ke tahun. Oleh karena itu, penting untuk memahami gejala, penyebab, serta strategi penanganannya secara tepat.
Penyebab demensia
Kondisi ini disebabkan oleh beberapa kondisi medis, terutama yang menyerang jaringan otak. Penyebab paling umum adalah penyakit Alzheimer, yaitu kerusakan sel otak karena penumpukan protein abnormal. Jenis lainnya termasuk:
- Demensia vaskular: terjadi akibat gangguan aliran darah ke otak.
- Demensia badan Lewy: ditandai dengan halusinasi visual dan gejala mirip Parkinson.
- Demensia frontotemporal: memengaruhi kepribadian dan kemampuan bahasa.
Beberapa faktor risiko demensia antara lain usia lanjut, riwayat keluarga, hipertensi, diabetes, gaya hidup tidak sehat, serta kurangnya aktivitas mental dan sosial. Selain itu, cedera kepala berulang juga dapat meningkatkan risiko demensia.
Kondisi ini juga dapat disebabkan oleh gangguan metabolik, seperti kadar ureum yang tinggi atau hormon tiroid yang rendah, serta gangguan nutrisi, seperti kekurangan vitamin B12. Konsumsi alkohol berlebihan (alkoholisme) juga termasuk salah satu penyebab yang perlu diwaspadai.
Gejala demensia
Tanda-tanda kondisi ini umumnya muncul secara perlahan. Pada fase awal, gejalanya bisa tampak ringan, seperti kesulitan mengingat nama seseorang atau tempat tertentu. Namun, seiring berjalannya waktu, keluhan ini dapat berkembang menjadi lebih serius, di antaranya:
- Kesulitan dalam menyusun kata atau berbicara dengan lancar
- Kehilangan orientasi terhadap waktu dan tempat, misalnya tersesat di lingkungan yang dikenal
- Tidak mampu menyelesaikan tugas-tugas harian yang sederhana, seperti menyiapkan makanan atau menjaga kebersihan diri
- Mengalami halusinasi atau terjadi perubahan karakter yang mencolok
- Perubahan suasana hati atau perilaku, termasuk mudah merasa curiga atau menunjukkan gejala depresi
Jika tidak segera ditangani, kondisi ini dapat semakin parah. Oleh karena itu, penting untuk segera memeriksakan diri ke tenaga medis ketika gejala awal mulai terlihat.
Siapa saja yang berisiko?
Beberapa faktor risiko demensia tidak bisa dihindari, seperti usia tua atau riwayat keluarga. Namun, banyak faktor bisa dikendalikan, misalnya:
- Tekanan darah tinggi dan kolesterol
- Diabetes yang tidak terkontrol
- Kebiasaan merokok
- Konsumsi alkohol berlebihan
- Kurang olahraga dan jarang bersosialisasi
- Kurang stimulasi mental, seperti tidak pernah membaca atau bermain teka-teki
Penanganan efektif
Perawatan demensia tidak cukup hanya dengan memberikan obat. Kondisi ini membutuhkan pendekatan menyeluruh dengan melibatkan berbagai pihak, mulai dari dokter, perawat, terapis, hingga anggota keluarga.
1. Menyingkirkan gangguan metabolik dan nutrisi
Langkah pertama yang penting adalah memastikan bahwa gejala yang muncul benar-benar disebabkan oleh demensia, dan bukan oleh kondisi lain yang bisa menyerupainya.
Gangguan metabolik, seperti kadar ureum yang tinggi atau hormon tiroid yang rendah, serta kekurangan nutrisi seperti vitamin B12, bisa menimbulkan gejala serupa. Oleh karena itu, menyingkirkan gangguan metabolik dan nutrisi sangat penting sebelum memulai perawatan khusus untuk demensia.
2. Perawatan dengan obat
Ada beberapa jenis obat yang dapat membantu memperlambat penurunan fungsi otak pada orang dengan demensia. Meski tidak bisa menyembuhkan secara langsung, obat-obatan ini dapat membantu pasien tetap bisa menjalani hidup dengan lebih nyaman.
3. Melakukan kegiatan
Selain obat, kegiatan yang merangsang otak juga sangat penting. Misalnya, terapi seni, mendengarkan musik, atau melakukan aktivitas sehari-hari yang rutin. Kegiatan-kegiatan ini bisa membantu pasien tetap merasa terhubung dengan lingkungan sekitar.
Peran keluarga juga sangat besar dalam memberikan rasa aman dan dukungan emosional yang dibutuhkan pasien.
4. Melibatkan dokter dan tim medis
Untuk mendapatkan penanganan yang tepat, penting untuk membawa pasien ke rumah sakit agar mendapatkan perawatan yang dibutuhkan. Mereka dapat memberikan arahan yang dibutuhkan oleh pasien secara profesional.
Cegah demensia sejak dini
Meskipun tidak semua kasus demensia dapat dicegah sepenuhnya, menerapkan pola hidup sehat merupakan langkah awal yang efektif untuk menurunkan risikonya. Mulailah dengan:
- Rutin berolahraga
- Konsumsi makanan bergizi
- Jaga berat badan ideal
- Kelola stres dengan baik
- Istirahat yang cukup
- Aktif secara sosial dan mental.
Selain itu, penting untuk melakukan pemeriksaan kesehatan otak secara berkala dan segera berkonsultasi apabila mulai muncul gangguan daya ingat atau perubahan perilaku.
Untuk penanganan yang lebih tepat dan menyeluruh, segera periksakan diri ke dokter spesialis neurologi di Medistra Hospital untuk mendapatkan diagnosis dini dan perawatan profesional sebelum gejala demensia berkembang lebih lanjut.
Artikel ini ditinjau secara medis oleh: Dr. dr. Rimawati Tedjasukmana, Sp.S, RPSGT
Butuh Bantuan atau Informasi Lebih Lanjut?
Rumah Sakit Medistra siap untuk melayani Anda. Untuk pertanyaan, informasi, dan bantuan darurat, Anda bisa menghubungi kami melalui:
Telepon: (021) 5210-200
Whatsapp: 0817-5210-200
Ambulans: (021) 521-02-01
Dokter Rekomendasi:

Dr. dr. Rimawati Tedjasukmana, Sp.S, RPSGT
Neurology
Referensi
- Haiga, Y. ., Yulson, & Sari Chaniago, R. . (2024). Demensia. Scientific Journal, 3(5), 283–291. https://doi.org/10.56260/sciena.v3i5.158
- O’Sullivan, T., Moore, N., McVeigh, J. G., Timmons, S., & Foley, T. (2024). “Understanding dementia together”: The design, delivery and evaluation of a collaborative, inter-professional dementia workshop for healthcare students. Dementia, 24(4), 720–737. https://doi.org/10.1177/14713012241296173
- Dementia – Mayo Clinic