Bruxism adalah kondisi ketika anak sering menggertakkan atau mengepalkan gigi secara tidak sadar, terutama saat tidur. Meskipun kelihatannya sepele, Bruxism pada anak bisa berdampak pada kesehatan gigi, tidur, dan kenyamanan si kecil.
Apa itu bruxism pada anak?
Bruxism adalah istilah medis untuk kebiasaan menggertakkan atau mengepalkan gigi. Pada anak, ini bisa terjadi saat tidur (sleep bruxism) maupun saat mereka terbangun (awake bruxism). Bruxism merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan aktivitas otot-otot pengunyahan yang tidak normal, seperti menggemeretakkan atau mengatupkan gigi secara tidak sadar.
Meskipun pada anak-anak kondisi ini seringkali dianggap sebagai hal yang bersifat sementara dan tidak berbahaya, dalam jangka panjang bruxism dapat berdampak pada kesehatan gigi, sendi temporomandibular, serta mengganggu kualitas tidur anak.
Menurut studi yang diterbitkan dalam International Journal of Environmental Research and Public Health (2021), sekitar 49% anak-anak bisa mengalami kebiasaan menggertakkan atau menggesekkan gigi. Kebiasaan ini sering kali dimulai sejak balita dan dapat berlangsung hingga masa remaja.
Penyebab bruxism
Ada beberapa penyebab bruxism pada anak. Berikut faktor-faktor yang paling sering ditemukan:
1. Pertumbuhan saraf anak yang belum selesai
Pada masa kanak-kanak, sistem saraf pusat masih dalam proses pematangan. Ketidakseimbangan dalam pengendalian motorik, terutama oleh sistem saraf otonom, dapat memicu terjadinya bruxism, khususnya saat tidur.
Anak-anak cenderung memiliki respons tubuh yang lebih sensitif terhadap stres ringan, perubahan dalam fase tidur, atau rangsangan dari lingkungan. Respons ini dapat muncul dalam bentuk aktivitas otot rahang yang tidak disadari, seperti menggeretakkan gigi.
Secara ilmiah, pandangan masyarakat tentang “saraf yang belum menyambung” dapat dijelaskan sebagai ketidakmatangan sistem neurologis yang berperan dalam regulasi gerakan otot-otot pengunyahan.
2. Stres atau kecemasan
Meskipun anak-anak terlihat ceria, mereka juga bisa mengalami stres, misalnya karena pindah rumah, sekolah baru, atau masalah kecil di lingkungan sosialnya. Gertakan gigi saat tidur bisa menjadi bentuk pelepasan ketegangan yang tidak disadari.
Anak-anak dengan bruxism cenderung memiliki tingkat stres yang lebih tinggi dibandingkan anak tanpa bruxism. Oleh karena itu, pendekatan dalam memahami dan menangani bruxism pada anak harus bersifat multidisipliner, melibatkan peran dokter gigi, psikolog anak, dan orang tua.
3. Pertumbuhan gigi
Balita dan anak usia sekolah yang sedang tumbuh gigi sering mengalami bruxism sebagai respons terhadap perubahan di dalam mulut. Gigi yang baru tumbuh bisa menyebabkan rasa tidak nyaman yang mendorong mereka menggertakkan gigi.
4. Ketidaksejajaran gigi
Posisi gigi yang tidak sejajar juga bisa memicu bruxism. Anak akan terus menggesekkan gigi untuk mencari posisi yang nyaman, tanpa sadar menimbulkan kebiasaan buruk.
Tanda-tanda bruxism yang perlu diperhatikan
Bruxism pada anak sering tidak disadari karena terjadi saat tidur. Namun, ada sejumlah gejala fisik yang bisa menjadi petunjuk:
- Suara gigi bergesekan saat tidur
- Gigi terlihat aus, pipih, atau retak
- Anak mengeluh sakit rahang atau sulit membuka mulut
- Sering mengalami sakit kepala di pagi hari
- Gangguan tidur atau anak tampak gelisah saat malam
Apakah bruxism pada anak berbahaya?
Bruxism pada anak umumnya tidak berbahaya dan akan hilang seiring waktu. Namun, jika terjadi secara berlebihan, kondisi ini bisa menimbulkan beberapa masalah serius, seperti:
- Kerusakan atau keausan pada gigi yang bersifat permanen
- Nyeri pada area wajah, leher, dan rahang
- Gangguan tidur yang memengaruhi perkembangan anak
- Masalah pada sendi rahang jika dibiarkan terus-menerus
Oleh karena itu, penting untuk memerhatikan seberapa sering dan sejauh mana bruxism memengaruhi anak, agar tidak menyebabkan komplikasi yang lebih besar.
Penanganan bruxism
Penanganan bruxism pada anak tergantung pada tingkat keparahannya. Berikut beberapa solusi yang bisa Anda coba:
1. Buat rutinitas tidur yang tenang
Buatlah lingkungan tidur yang tenang dan nyaman, misalnya dengan membaca cerita, memutar musik yang menenangkan, atau mengurangi waktu penggunaan perangkat elektronik sebelum tidur.
Langkah-langkah ini dapat membantu mengurangi stres, yang sering menjadi penyebab bruxism.
2. Konsultasi ke dokter gigi
Jika gigi anak terlihat aus atau rusak, dokter gigi mungkin akan menyarankan pemantauan rutin atau penggunaan pelindung gigi (mouth guard).
3. Terapi psikologis bila perlu
Jika stres emosional adalah penyebab utama, terapi perilaku atau konseling dapat membantu anak mengelola ketegangan dengan cara yang lebih sehat.
4. Perhatikan kebiasaan anak
Hindari membiarkan anak menggigit kuku, pensil, atau benda keras lainnya karena bisa memperkuat kebiasaan menggertakkan gigi.
Konsultasikan dengan dokter
Bruxism pada anak bukan hal yang perlu ditakuti, namun tetap perlu perhatian. Dengan cara mengenali gejalanya lebih awal dan melakukan pencegahan yang tepat, orang tua bisa membantu anak menghindari masalah kesehatan yang lebih besar.
Segera temui dokter gigi anak di Medistra Hospital apabila:
- Gejala semakin parah seperti gertakan gigi terdengar hampir setiap malam
- Anak merasa sakit saat mengunyah atau membuka mulut
- Terdapat kerusakan gigi yang terlihat jelas
- Anak sering mengeluh sakit kepala atau nyeri di wajah
Artikel ini ditinjau secara medis oleh: drg. Aliyah, Sp.KGA
Butuh Bantuan atau Informasi Lebih Lanjut?
Rumah Sakit Medistra siap untuk melayani Anda. Untuk pertanyaan, informasi, dan bantuan darurat, Anda bisa menghubungi kami melalui:
Telepon: (021) 5210-200
Whatsapp: 0817-5210-200
Ambulans: (021) 521-02-01
Referensi
- Bulanda, S., et al. (2021). Sleep bruxism in children: Etiology, diagnosis, and treatment—A literature review. International Journal of Environmental Research and Public Health, 18(18), 9544. https://doi.org/10.3390/ijerph18189544
- What’s behind my toddler’s teeth grinding? – Healthline
- Teeth grinding (bruxism) – NHS UK