Penyakit autoimun adalah kondisi saat sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan sehat. Beberapa penyakit autoimun, diantaranya lupus, psoriasis, rheumatoid arthritis (RA), dan masih banyak lagi. Kondisi ini memerlukan pengelolaan yang baik, termasuk dari makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui lebih lanjut mengenai diet pada penderita autoimun.
Diet autoimun
Diet adalah metode mengatur asupan makanan dengan tujuan tertentu. Untuk penderita autoimun, Autoimmune Protocol Diet (AIP) adalah diet yang bertujuan untuk meredakan gejala dan meningkatkan kualitas hidup penderita autoimun. Selain itu, diet ini dapat membantu sistem pencernaan lebih sehat dan memperbaiki mikrobioma usus, yang merupakan dua komponen penting dalam autoimun.
Makanan yang perlu dihindari
Langkah pertama yg dapat dilakukan adalah mengetahui makanan yang dapat memicu respon imun, peradangan, dan menyebabkan gejala yang berkaitan dengan penyakit autoimun. Berikut adalah beragam makanan yang perlu dihindari.
- Biji-bijian dan turunannya: chia seed, flax seed, minyak kanola, wijen
- Kacang-kacangan dan turunannya: almond, hazelnut, kacang hijau, kacang merah, kacang mete, kacang tanah, kedelai, lentil, susu/tepung almond, walnut
- Serealia dan turunannya: barley, beras, biskuit, gandum, jagung, oat, pasta, quinoa, sereal, sorgum, tepung
- Rempah yang berasal dari biji-bijian: adas, biji seledri, fenugreek, jinten, jinten hitam, ketumbar, mustard, pala
- Buah dan sayuran (dan turunannya): ciplukan, goji beri, kentang, paprika, terong, tomat, dan saus tomat
- Semua produk susu: ghee, kefir, keju, krim, mentega, susu, yogurt
- Telur dan turunannya
- Produk kemasan dan bahan tambahan: gula merah, gula pasir, gula pengganti, jus buah, karamel, sirup, minuman bersoda, makanan/minuman manis, bahan tambahan makanan, emulsifier, bahan kimia makanan
- Alkohol, bir, kopi, dan wine
Makanan yang boleh dikonsumsi
Walaupun pantangan dalam diet autoimun tidak sedikit, namun masih terdapat banyak pilihan makanan yang dapat dinikmati.
- Protein hewani, seperti daging (ayam, babi, domba, kalkun, sapi), jeroan, kaldu tulang, ikan (halibut, herring, kakap, kod, lele, mahi, makarel, nila, salmon, sarden, teri, trout, tuna), makanan laut (cumi, gurita, kepiting, kerang, lobster, remis, udang, tiram)
- Alpukat, minyak alpukat, minyak kelapa, minyak zaitun, susu dan mentega, zaitun hitam/hijau
- Rempah yang bukan dari biji, seperti basil, bawang putih, daun kucai, daun salam, dill, jahe, kayu manis, kunyit, mint, oregano, peppermint, peterseli, rosemary, saffron, sage, dan thyme
- Buah dan sayuran segar, seperti apel, aprikot, blewah, buah ara, buah beri, ceri, delima, jeruk, kiwi, kurma, lemon, mangga, melon, nanas, nektarin, pepaya, persik, pir, pisang, plum, semangka, asparagus, bit, brokoli, daun kucai, kembang kol, kol, labu, lobak, okra, selada, seledri, timun, wortel, zucchini
- Makanan fermentasi yang tidak berbasis susu sapi, seperti acar sayuran, cuka anggur merah, cuka apel, kimchi, kefir-air, kombucha, sauerkraut
- Buah kering, gula kelapa, gula kurma, madu, molasses, sirup maple
- Teh herbal, teh hijau, chamomile
Prinsip diet autoimun
Terdapat tiga fase pada diet ini, yaitu:
1. Fase eliminasi
- Durasi: 6 minggu hingga 6 bulan
- Menyingkirkan semua makanan yang berpotensi memicu gejala.
2. Fase reintroduksi
- Durasi: 1-3 bulan
- Mengenalkan kembali secara perlahan satu persatu jenis makanan. Menyingkirkan makanan yang memicu gejala, serta menyimpan makanan yang aman sebagai bagian dari diet jangka panjang.
3. Fase pemeliharaan
- Jangka panjang
- Diberikan pola diet secara individual, berdasarkan hasil reintroduksi dengan mengutamakan makanan yang tidak memicu gejala.
Menyingkirkan makanan yang dapat memicu gejala dan menggantinya dengan bahan makanan kaya nutrisi diyakini dapat menormalkan fungsi usus dan mengurangi respons imun yang berlebihan.
Tips memulai diet autoimun
Agar diet berjalan efektif dan aman, ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan sejak awal.
- Konsultasikan terlebih dahulu
Diskusikan rencana diet dengan dokter spesialis gizi atau ahli gizi, terutama jika sedang hamil, menyusui, atau memiliki kondisi medis lain.
- Buat jurnal makanan
Catat apa saja yang dimakan dan gejala yang muncul setelahnya. Hal ini dapat membantu saat fase reintroduksi.
- Penuhi kebutuhan nutrisi
Pastikan asupan vitamin dan mineral, serta omega-3 tercukupi dengan baik.
- Bertahap dan fleksibel
Jika tubuh mengalami reaksi atau gejala, mundur satu langkah dan ulangi fase reintroduksi dengan waktu lebih lama.
Ubah pola makan untuk kelola autoimun
Diet autoimun harus dilakukan dengan yakin dan konsisten. Pola diet ini dapat mengurangi peradangan dan memperbaiki sistem imun. Pastikan berkonsultasi dengan dokter spesialis gizi klinik di Rumah Sakit Medistra sebelum memulai diet tersebut, untuk mendapatkan panduan yang tepat sesuai dengan kebutuhan tubuh Anda.
Artikel ini ditinjau secara medis oleh: dr. Amelia Jessica, Sp.GK, AIFO-K
Butuh Bantuan atau Informasi Lebih Lanjut?
Rumah Sakit Medistra siap untuk melayani Anda. Untuk pertanyaan, informasi, dan bantuan darurat, Anda bisa menghubungi kami melalui:
Telepon: (021) 5210-200
Whatsapp: 0817-5210-200
Ambulans: (021) 521-02-01
Dokter Rekomendasi:

dr. Amelia Jessica, Sp.GK, AIFO-K
Nutritionist
Referensi
- Pardali, E. C., Gkouvi, A., Gkouskou, K. K., Manolakis, A. C., Tsigalou, C., Goulis, D. G., Bogdanos, D. P., & Grammatikopoulou, M. G. (2025). Autoimmune protocol diet: A personalized elimination diet for patients with autoimmune diseases. Metabolism Open, 25, 100342. https://doi.org/10.1016/j.metop.2024.100342
- Low CE, Loke S, Chew NSM, Lee ARYB, Tay SH. Vitamin, antioxidant and micronutrient supplementation and the risk of developing incident autoimmune diseases: a systematic review and meta-analysis. Front Immunol. 2024 Dec 9;15:1453703. doi: 10.3389/fimmu.2024.1453703
- 7 Autoimmune disease diets – Health
- All you need to know about the AIP diet – Medical News Today